You are currently viewing AJANG SHOW “KARTINI MODERN” BERBAKAT
Penampilan peserta dengan kostumnya yang cantik mencuri perhatian pengunjung.

AJANG SHOW “KARTINI MODERN” BERBAKAT

本文同步刊登於Taiwan KiNi 
本文另有中文版,請見:https://mpark.news/2016/04/18/134/

Reporter/Ye Yi Wei
Penerjemah/Hesti

Demi memperingati jasa Kartini dalam memperjuangkan hak-hak dasar dan hak memperoleh pendidikan bagi wanita, Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) Taiwan disponsori oleh Kartu As mengadakan kegiatan peringatan hari RA Kartini pada 17 April di ruang bawah Stasiun KA Taipei. Dalam acara tersebut diikuti 100 peserta teman-teman BMI dan dihadiri pula oleh warga Taiwan yang penasaran dengan acara tersebut. Acara tersebut diawali dengan lomba peragaan busana tradisional, ada salah satu peserta wanita yang rela memakai konde setinggi 40 cm dan memakai busana kain tulle transparan demi terlihat cantik dalam acara ini. Sedangkan peserta pria memakai ‘blangkon’ ditambah dengan mengenakan setelan jas kebaya dan sarung. Penilaian dalan lomba ini meliputi busana, penampilan dan cara berjalan di atas panggung.


Tari gebyar batik.

Sejak dimulainya acara pada pukul 10 pagi, membuat suasana underground TMS yang tadinya sepi menjadi ramai. Para peserta duduk di lantai dan dibantu teman-teman mereka untuk bersiap-siap. Ada yang membantu make-up,
memegangkan kaca, memegang Hp untuk memastikan hasil make-up, dan ada sekitar 10 orang kameramen yang siap memburu peserta berpenampilan unik.


Peserta dengan luwesnya jalan show diatas panggung T.

Kedua penari yang hanya beralaskan kaki dan mengenakan setelan baju kebaya tradisional warna kuning keemasan membuka acara dengan pertunjukan tari tradisional Indonesia. Setelah pertunjukan tari berakhir, dilanjut dengan show busana oleh 5 peserta yang satu-persatu memperagakan baju tradisional daerah Indonesia. Salah satu penampilan peserta Wendy membuat kesan yang mendalam, dia mengenakan mahkota dan kuku panjang keemasan yang dipadukan dengan bulu mata palsu panjang berkilap dan berwarna biru, membuat orang yang melihatnya
langsung bersiul. Selain itu banyak juga peserta ber-body bagus yang tampil mempesona ketika mengenakan busana tradisional Indonesia dan banyak juga teman-teman BMI yang memainkan gitarnya sehingga menambah ramai suasana saat itu.


Wendy tampil dengan kostum yang elok.

Hadir pula 2 peserta pria yang turut serta dalam ajang ini, salah satunya bernama Ryan Ferdian Darsudi. Pagi hari Ryan sibuk bekerja sebagai buruh pabrik, malamnya dia menjadi penulis buku. Buku terbitannya yang berjudul ‘Ngasag’ ini  bercerita tentang orang miskin Indonesia yang mencari sisa gabah padi dan dibawa pulang untuk menambal rasa lapar atau untuk dijual sebagai tambahan penghasilan.


Ryan (kiri) pada pagi hari bekerja sebagai buruh pabrik, sedangkan malam hari berprofesi sebagai penulis buku.

“Hasil penjualan buku ‘Ngasag’ ini saya pakai untuk mendanai Perpustakaan Ngasag yang saya dirikan bersama teman-teman. Perpustakaan ini ditujukan untuk anak-anak di kampung halaman saya, karena sebagian besar dari mereka tak mampu membeli buku cerita anak”, ungkap Ryan. Ryan juga mengaku bahwa dia pertama kali mengikuti ajang busana “Kartini Modern” ini, berjalan dengan mengenakan jas kebaya seperti layaknya seorang peragawan.

Terlihat juga teman-teman BMI membawa ‘ama’-nya untuk ikut menyaksikan acara tersebut. Bahkan sebagian peserta dan pengunjung yang berasal dari Taichung dan Hsincu rela menempuh perjalanan dengan naik kereta, hanya untuk ikut dalam ajang lomba ini. Selain itu ada pula pelajar Taiwan yang berpartisipasi, mereka disambut hangat oleh teman-teman BMI bahkan mengajak mereka bersama-sama menikmati bakso Indonesia.

ATKI sejak tahun 2011 sudah mulai mengadakan kegiatan peringatan Hari RA Kartini, kegiatan pada tahun 2016 ini adalah yang ke-6. Indonesia pada masa dulu mempunyai masalah serius mengenai ketidaksetaraan derajat antara pria dan wanita, kaum wanita tidak diijinkan sekolah ataupun mengerjakan hal-hal yang bisa dilakukan oleh kaum pria. Tetapi sejak muncul Kartini, hak-hak wanita mulai diperjuangkan dan dihargai, sehingga munculah adanya kesetaraan derajat seperti sekarang ini. Pada tahun 1964 presiden Sukarno mengumumkan bahwa hari lahir Kartini pada 21 April ini dijadikan sebagai hari peringatan RA Kartini. Bagi pembaca yang berminat,bisa membaca buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’(Out of Dark Comes Light), buku yang berisi kumpulan tulisan-tulisan RA Kartini.